Berhias disukai
dan diminati oleh manusia karena berhias berarti keindahan dan jiwa
manusia cenderung kepada keindahan, kecenderungan kepada keindahan ini
dimiliki oleh laki-laki, di samping ia juga dimiliki oleh wanita. Suami
berharap istrinya tetap menarik, membahagiakan jika dipandang, istri
berharap suaminya berpenampilan baik sesuai dengan kelaki-lakiannya,
hanya saja kecenderungan wanita lebih kepada menghiasi diri, sementara
kecenderungan laki-laki lebih kepada menikmati perhiasan, dari sini
maka tulisan ini lebih fokus kepada berhias dari sisi wanita atau
istri.
Dalam lingkup rumah tangga berhiasnya seorang istri untuk
suami merupakan perkara yang tidak patut disepelekan, hal ini karena
tabiat suami sebagai laki-laki menyukai kecantikan dan keindahan, kalau
dia tidak mendapatkan ini dari istri, lalu dari mana dia
mendapatkannya. Dalam konteks membahagiakan suami dengan cara-cara yang
tidak melanggar batas-batas agama bisa bernilai sebagai sebuah ibadah
yang mulia, karena hal tersebut sebagai wujud kecintaan dan kataatan
istri kepada suami.
Berhias secara lahir sudah lumrah, bahkan
kebanyakan kaum wanita berlebih-lebihan di bidang ini sampai pada batas
melanggar, di samping melupakan perhiasan lain yang lebih penting dan
indah, yaitu berhias dengan keshalihan.
Rasulullah saw bersabda
menyatakan bahwa wanita yang menghiasi dirinya dengan keshalihan adalah
sebaik-baik kenikmatan dunai, beliau bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا المَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Dunia adalah kenikmatan dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim no. 1467).
Di
samping keshalihan bagi wanita adalah perhiasan penting, ia juga
penyebab baginya untuk mendapatkan surga. Benar, surga hanya bisa diraih
dengan keshalihan, hanya wanita shalihah yang akan masuk surga,
shalihnya seorang wanita dibuktikan dengan beberapa sifat dan akhlak,
salah satunya dan yang terpenting adalah menjaga kehormatan diri.
Firman
Allah,
“Wanita yang shalih ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri ketika suaminya tidak ada karena Allah telah memelihara
(mereka).” (An-Nisa`: 34).
Nabi saw bersabda,
خَيْرُالنِّسَاءِ
مَنْ إِذَا نَظَرْتَ إِلَيْهَا سَرَّتْكَ وَإِذَا أَمَرَتْهَا
أَطَاعَتْكَ وَإِذَا أَقْسَمْتَ عَلَيْهَا أَبَرَّتْكَ وَإِذَا غِبْتَ
عَنْهَا حَفِظَتْكَ فِي نَفْسِهَا وَمَالِكَ.
“Sebaik-baik wanita
adalah wanita yang jika kamu melihat kepadanya maka kamu berbahagia,
jika kamu memerintahkannya maka dia mentaatimu, jika kamu bersumpah
atasnya maka dia memenuhinya dan jika kamu meninggalkannya maka dia
menjagamu pada diri dan hartamu.” (HR. an-Nasa`i)
Menjaga
kehormatan berarti membentengi diri dari perkara-perkara yang mencoreng
dan merusak kehormatan, yang menodai dan menggugurkan kemuliaan,
dengan tetap bersikap dan bertingkah laku dalam koridor tatanan syariat
yang suci lagi luhur.
Menjaga kehormatan di zaman di mana ajakan
dan propaganda kepada kerusakan dan perbuatan keji semakin meningkat
dan menguat, seruan dan arus serangan yang ditujukan kepada
wanita-wanita muslimah dengan agenda dan maksud terselubung dan
tersembunyi semakin gencar dan bergelombang, menjaga kehormatan di
zaman seperti ini terasa demikian sulit dan berat, para penyeru dan
para jurkam kerusakan membidik wanita muslimah sebagai sasaran, mereka
memakai dan menggunakan cara-cara yang melenakan dan menggiurkan dengan
nama kemajuan, modernisasi, pemberdayaan, pengentasan, pembebasan dan
kedok-kedok palsu lainnya, zhahiruhu fihi ar-rahmah, wa bathinuhu ya`ti
min qibalihi al-adzab, racun di balik kelembutan ular berbisa.
Dari
sini maka seorang wanita muslimah harus jeli dan cermat sehingga dia
tidak termakan oleh rayuan gombal para serigala yang berbulu domba dan
musang berbulu ayam, hendaknya seorang muslimah tetap berpegang kepada
aturan-aturan dan rambu-rambu Islam yang luhur lagi suci karena di
sanalah terkandung kebersihan dan kesucian diri, hendaknya seorang
muslimah menimbang dan mengukur setiap seruan dan ajakan dengan
timbangan dan ukuran syar’i yang baku dan menyeluruh, hal ini agar dia
selamat dan tidak terjerumus ke dalam perkara-perkara yang merusak
kemuliaan dan kehormatannya.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Pesan anda sebelum meninggalkan Blog ini. Terima Kasih atas Kunjungannya.