Minggu, 09 September 2012

Perahu Kita

Hidup adalah perjalanan.. dari Alam ruh, Alam Rahim, Alam Dunia, Alam Barzah, Alam Mahsyar dan hari Akhirat. Begitu sebuah kutifan indah dari jemari mulia ust Arifin Ilham, semoga Allah meninggikan derajat beliau dan perkenankanlah jemari ini memperindah pengaruhnya meski dalam pena. 

Sahabatku yang indah. 
Alangkah mengerikannya suatu usia dimana kita tidak mengenali tentang kemana perahu kehidupan ini akan kita kayuh, padahal sejatinya biduk itu terus mengantar kita ke tengah lautan seiring masa dan peristiwa. 

Kita terus mengayuh hingga letih sementara kita tidak tahu apa-apa tentang pelabuhan yang kita tuju. Sedangkan peluit-peluit telah dibunyikan dan genderang waktu tidak pernah kita ubah. 

Berikut ini sekelumit renungan yang patut kita baca, setidaknya sekali saja dalam hidup kita. Sebagai lentera pengingat dikegelapan, agar kita ingat kepada firman-Nya; "Demi masa! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian.."

FASE FASE KEHIDUPAN


Mari kita maknai hidup kita, agar ia bermakna


0-15 tahun,

Bermain di tepian pantai

Dunia ini adalah milik anak-anak, dan kita meminjamnya dari mereka. Begitu sebuah kutifan dari syair india kuno, yah benar saat kita diperjalankan di usia itu rasanya dunia begitu menyenangkan. Meski tidak semua anak menikmatinya, namun sejatinya demikian. Kita seperti sedang bermain pasir di tepi pantai.. tanpa sedikitpun sadar bahwa lautan dihadapan itu akan kita arungi. 

Yah begitulah anak-anak, sehingga bisa kita simpulkan orang tua yang masih senang bermain itu tidak ada bedanya dengan anak-anak. Bahkan lebih lugu dari itu, karena mereka telah lama hidup di dunia ini.

Jika hidup ini adalah pilihan, maka kedewasaan adalah tentang pilihan-pilihan yang harus kita pilih. Namun, sungguh kematian adalah kepastian. Senang atau tidak, percaya atau tidak bahkan siap atau tidak! 

Fase berikutnya adalah remaja yang indah mempesona setiap ruang masalalu para pejalan kaki dunia.

15-21 tahun

Berfikir, Memilih, Menyiapkan Perahu

Di usia 15 ini biasanya si anak mulai remaja, ia mulai mengkombinasikan hati dan otaknya untuk memilih dan menyiapkan perahu yang ia senangi. 

Perahu ini adalah pasangan hidup, begitulah. 
Kita sering terjerumus bahkan patah saat berusaha mencari dan menemukannya. Adalah kerugian, jika air mata itu harus terjatuh padahal pelayaran belum dimulai sama sekali?

21-25 tahun

Meninggalkan Pantai Keindahan

Nah di usia ini, biasanya manusia harus memikirkan jual beli dan akad pasti tentang perahu yang ia pilih. Akad yang tentunya harus dipersiapkan dari berbagai segi, kemapanan baik ruhaniyah atau perbekalan lain yang dibutuhkan dalam pelayaran mengarungi samudra dunia.

Banyak dari mereka yang sudah produktif dan bahagia lengkap dengan buah hati mungilnya. Ada tawa dan tangisan buah hati diantara cerita di pagi mereka. Subhanallah! bahagia dalam pernikahannya. Tentu hanya orang-orang terpercaya lah yang diperpercaya untuk memiliki bidadari itu dalam kisahnya yang masih pagi. 

25-30 tahun

Mulai Berlayar, Mengayuh Perahu Pilihan

Mulai berlayar...
Aduhai mereka berlayar..

Katanya berlayar itu indah, apalagi dengan perahu yang kita kagumi selama ini. Sungguh, berbahagialah kalian yang sudah dipercaya oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala untuk menaiki perahu tercintanya dan mulai berlayar..........

30-50 tahun

Lautan mulai menunjukan jati dirinya. 
Ia bergelombang! dan disana tak ada jalan kembali

Tentu akan kita temui sebuah masa, dalam pelayaran itu akan kita temukan bahwa lautan tidak akan selamanya tenang. Bahkan fitrahnya memang bergelombang, tentu saja ia tidak mudah. Disana ada lautan keras! dan kasar. 

Bahkan iblis-iblis sudah menyiapkan satu pasukan dikerajaannya *khusus* untuk menghancurkan biduk yang sedang berlayar menuju pelabuhan lain yang bernama Akhirat itu. Mereka akan terus menggoda bagaimana caranya agar ke dua manusia ini tergelincir dan tenggelam sebelum tiba disana. 

Disana hampir saja kita terlupa. 
Bahwa tidak ada jaminan usia kita sampai di pelabuhan sana dalam masa yang kita rencanakan. 

Kerasnya badai kadang benar-benar membuat kita lupa, lupa tentang pelabuhan itu. Bahkan lagi bukan hanya lupa, tapi tidak tahu apa-apa tentangnya?

Peristiwa mengerikan jika sianak yang sudah besar kelak malah ribut mengurusi masa puberitas yang ke dua?

40-50-60 tahun

Dan Senja pun Datang... 
Hari kemudian perlahan remang-remang dan Gelap!

Disini hari kita mulai temaram, panas matahari memang mulai mereda. Namun sebenarnya itu pertanda senja segera tiba, dan lalu malam. 

Alam Kubur..
Berapa lama kita disana?
Entahlah berapa tahun, atau berapa puluh tahun, atau berapa ratus tahun mennanti hari kiamat?? dan tentunya teman sejati kita disana adalah a.... ? Amal.

Mahsyar yang Dahsyat
Aduhai berdiri berhimpit-himpitan di tanah mahsyar yang memerah laksana roti panggang?

Bukan sekedar cerita, jika sahih muslim telah mengabadikan bahwasannya disana bagi para pendosa Alam Mahsyar itu setengah hari di Akhirat, atau kisaran 50.000 tahun. Lima puluh ribu tahun kita menanti hari hisab. 

Ingat 50.000 tahun, bukan 50 tahun seperti bayangan usia manusia di musim akhir jaman ini. 

Hari Hijab!
Setelah itu pesta keadilan terAKBAR digelar, dimana Allah subhannahu wa ta'ala mempertontonkan kemaha-an-Nya. Tidak ada yang dirugikan disana, karena Allah tidak mungkin merugikan kita bukan? 

Semua akan diadili dengan Amaliahnya masing-masing. 
Disanalah mungkin kita baru teringat tentang kata demi kata, bait demi bait, dan huruf demi huruf yang kita rangkai dan belum kita pertanggungjawabkan. 

Tentang huruf-huruf yang kita rangkai untuk melukai, mengghibah bahkan memfitnah orang-orang yang kita kenal.. 

Sedangkan ribuan busur panah berdarah dari jemari dan lidah itu tidak akan pernah bisa ditarik ulang setelah ia melukai. Pernahkah kita membayangkan, jika satu kata yang kita tuduhkan kepada seorang muslim itu adalah kedzaliman?

Pernahkah kita membayangkan saat saudara seiman yang kita caci dikeramaian itu kemudian bertaubat, dan setiap jiwa di keramaian itu pulang dengan membawa kisah dusta kita? 

Di Alam itu diangkat panji-panji penghianat!
Seperti sabda rasul yang mulia, disana ada panji pengenal! Si fulan bin fulan telah menghianati si fulan. Dan penghuni mahsyar yang pernah hidup di semesta fana ini menyaksikan..

Wajah kita berjatuhan karena malunya...

Sahabatku yang indah. 
Ingatlah disana pula sang Nabi yang mulia, Rasulullah Sholallahu Alaiyhi wa Sallam membagi-bagikan syafaatnya kepada umatnya yang di izinkan ALLAH untuk menerima syafaat. Untuk ummatnya yang terus berjalan menapaki sunnah meski susah, untuk ummatnya yang terus bersabar meski sukar, untuk ummatnya yang terus mendaki meski sesak, untuk ummatnya yang pernah merisaukan hari itu dan bergetar takut saat seruan itu diperdengarkan berulang! 

Disana tidak ada pilihan, syurga dan neraka keduanya adalah keadilan Allah. KEMAHA ADILAN ALLAH AZZA WA JALLA. 

SURGA YANG ABADI ATAU NERAKA YANG ABADI

DISANALAH KEABADIAN !

Ini adalah masa yang patut kita renungkan dipersinggahan bernama dunia ini. Agar kita tetap tenang saat badai kegelisahan ini mendera kita dari berbagai penjuru.. 

Agar kita tenang dan mampu berkata pada diri kita sendiri; "Ini tentang dunia yang tidak perlu kita khawatiri..." lalu hati kita merebah..

Salam Bahagia
Saudaramu, NAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Pesan anda sebelum meninggalkan Blog ini. Terima Kasih atas Kunjungannya.