Sahabatku yang indah.
Alangkah mengerikannya suatu usia dimana kita tidak mengenali tentang
kemana perahu kehidupan ini akan kita kayuh, padahal sejatinya biduk itu
terus mengantar kita ke tengah lautan seiring masa dan peristiwa.
Kita terus mengayuh hingga letih sementara kita tidak tahu apa-apa
tentang pelabuhan yang kita tuju. Sedangkan peluit-peluit telah
dibunyikan dan genderang waktu tidak pernah kita ubah.
Berikut
ini sekelumit renungan yang patut kita baca, setidaknya sekali saja
dalam hidup kita. Sebagai lentera pengingat dikegelapan, agar kita ingat
kepada firman-Nya; "Demi masa! Sesungguhnya manusia itu dalam
kerugian.."
FASE FASE KEHIDUPAN
Mari kita maknai hidup kita, agar ia bermakna
0-15 tahun,
Bermain di tepian pantai
Dunia ini adalah milik anak-anak, dan kita meminjamnya dari mereka.
Begitu sebuah kutifan dari syair india kuno, yah benar saat kita
diperjalankan di usia itu rasanya dunia begitu menyenangkan. Meski tidak
semua anak menikmatinya, namun sejatinya demikian. Kita seperti sedang
bermain pasir di tepi pantai.. tanpa sedikitpun sadar bahwa lautan
dihadapan itu akan kita arungi.
Yah begitulah anak-anak,
sehingga bisa kita simpulkan orang tua yang masih senang bermain itu
tidak ada bedanya dengan anak-anak. Bahkan lebih lugu dari itu, karena
mereka telah lama hidup di dunia ini.
Jika hidup ini adalah
pilihan, maka kedewasaan adalah tentang pilihan-pilihan yang harus kita
pilih. Namun, sungguh kematian adalah kepastian. Senang atau tidak,
percaya atau tidak bahkan siap atau tidak!
Fase berikutnya adalah remaja yang indah mempesona setiap ruang masalalu para pejalan kaki dunia.
15-21 tahun
Berfikir, Memilih, Menyiapkan Perahu
Di usia 15 ini biasanya si anak mulai remaja, ia mulai mengkombinasikan
hati dan otaknya untuk memilih dan menyiapkan perahu yang ia senangi.
Perahu ini adalah pasangan hidup, begitulah.
Kita sering terjerumus bahkan patah saat berusaha mencari dan
menemukannya. Adalah kerugian, jika air mata itu harus terjatuh padahal
pelayaran belum dimulai sama sekali?
21-25 tahun
Meninggalkan Pantai Keindahan
Nah di usia ini, biasanya manusia harus memikirkan jual beli dan akad
pasti tentang perahu yang ia pilih. Akad yang tentunya harus
dipersiapkan dari berbagai segi, kemapanan baik ruhaniyah atau
perbekalan lain yang dibutuhkan dalam pelayaran mengarungi samudra
dunia.
Banyak dari mereka yang sudah produktif dan bahagia
lengkap dengan buah hati mungilnya. Ada tawa dan tangisan buah hati
diantara cerita di pagi mereka. Subhanallah! bahagia dalam
pernikahannya. Tentu hanya orang-orang terpercaya lah yang diperpercaya
untuk memiliki bidadari itu dalam kisahnya yang masih pagi.
25-30 tahun
Mulai Berlayar, Mengayuh Perahu Pilihan
Mulai berlayar...
Aduhai mereka berlayar..
Katanya berlayar itu indah, apalagi dengan perahu yang kita kagumi
selama ini. Sungguh, berbahagialah kalian yang sudah dipercaya oleh
Allah Subhannahu wa Ta'ala untuk menaiki perahu tercintanya dan mulai
berlayar..........
30-50 tahun
Lautan mulai menunjukan jati dirinya.
Ia bergelombang! dan disana tak ada jalan kembali
Tentu akan kita temui sebuah masa, dalam pelayaran itu akan kita
temukan bahwa lautan tidak akan selamanya tenang. Bahkan fitrahnya
memang bergelombang, tentu saja ia tidak mudah. Disana ada lautan keras!
dan kasar.
Bahkan iblis-iblis sudah menyiapkan satu pasukan
dikerajaannya *khusus* untuk menghancurkan biduk yang sedang berlayar
menuju pelabuhan lain yang bernama Akhirat itu. Mereka akan terus
menggoda bagaimana caranya agar ke dua manusia ini tergelincir dan
tenggelam sebelum tiba disana.
Disana hampir saja kita terlupa.
Bahwa tidak ada jaminan usia kita sampai di pelabuhan sana dalam masa yang kita rencanakan.
Kerasnya badai kadang benar-benar membuat kita lupa, lupa tentang
pelabuhan itu. Bahkan lagi bukan hanya lupa, tapi tidak tahu apa-apa
tentangnya?
Peristiwa mengerikan jika sianak yang sudah besar kelak malah ribut mengurusi masa puberitas yang ke dua?
40-50-60 tahun
Dan Senja pun Datang...
Hari kemudian perlahan remang-remang dan Gelap!
Disini hari kita mulai temaram, panas matahari memang mulai mereda.
Namun sebenarnya itu pertanda senja segera tiba, dan lalu malam.
Alam Kubur..
Berapa lama kita disana?
Entahlah berapa tahun, atau berapa puluh tahun, atau berapa ratus tahun
mennanti hari kiamat?? dan tentunya teman sejati kita disana adalah
a.... ? Amal.
Mahsyar yang Dahsyat
Aduhai berdiri berhimpit-himpitan di tanah mahsyar yang memerah laksana roti panggang?
Bukan sekedar cerita, jika sahih muslim telah mengabadikan bahwasannya
disana bagi para pendosa Alam Mahsyar itu setengah hari di Akhirat, atau
kisaran 50.000 tahun. Lima puluh ribu tahun kita menanti hari hisab.
Ingat 50.000 tahun, bukan 50 tahun seperti bayangan usia manusia di musim akhir jaman ini.
Hari Hijab!
Setelah itu pesta keadilan terAKBAR digelar, dimana Allah subhannahu wa
ta'ala mempertontonkan kemaha-an-Nya. Tidak ada yang dirugikan disana,
karena Allah tidak mungkin merugikan kita bukan?
Semua akan diadili dengan Amaliahnya masing-masing.
Disanalah mungkin kita baru teringat tentang kata demi kata, bait demi
bait, dan huruf demi huruf yang kita rangkai dan belum kita
pertanggungjawabkan.
Tentang huruf-huruf yang kita rangkai untuk melukai, mengghibah bahkan memfitnah orang-orang yang kita kenal..
Sedangkan ribuan busur panah berdarah dari jemari dan lidah itu tidak
akan pernah bisa ditarik ulang setelah ia melukai. Pernahkah kita
membayangkan, jika satu kata yang kita tuduhkan kepada seorang muslim
itu adalah kedzaliman?
Pernahkah kita membayangkan saat saudara
seiman yang kita caci dikeramaian itu kemudian bertaubat, dan setiap
jiwa di keramaian itu pulang dengan membawa kisah dusta kita?
Di Alam itu diangkat panji-panji penghianat!
Seperti sabda rasul yang mulia, disana ada panji pengenal! Si fulan bin
fulan telah menghianati si fulan. Dan penghuni mahsyar yang pernah
hidup di semesta fana ini menyaksikan..
Wajah kita berjatuhan karena malunya...
Sahabatku yang indah.
Ingatlah disana pula sang Nabi yang mulia, Rasulullah Sholallahu
Alaiyhi wa Sallam membagi-bagikan syafaatnya kepada umatnya yang di
izinkan ALLAH untuk menerima syafaat. Untuk ummatnya yang terus berjalan
menapaki sunnah meski susah, untuk ummatnya yang terus bersabar meski
sukar, untuk ummatnya yang terus mendaki meski sesak, untuk ummatnya
yang pernah merisaukan hari itu dan bergetar takut saat seruan itu
diperdengarkan berulang!
Disana tidak ada pilihan, syurga dan neraka keduanya adalah keadilan Allah. KEMAHA ADILAN ALLAH AZZA WA JALLA.
SURGA YANG ABADI ATAU NERAKA YANG ABADI
DISANALAH KEABADIAN !
Ini adalah masa yang patut kita renungkan dipersinggahan bernama dunia
ini. Agar kita tetap tenang saat badai kegelisahan ini mendera kita dari
berbagai penjuru..
Agar kita tenang dan mampu berkata pada
diri kita sendiri; "Ini tentang dunia yang tidak perlu kita
khawatiri..." lalu hati kita merebah..
Salam Bahagia
Saudaramu, NAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Tinggalkan Pesan anda sebelum meninggalkan Blog ini. Terima Kasih atas Kunjungannya.