Kamis, 23 Agustus 2012

~*~Persaingan Rahasia Antara Wanita Dunia dan Bidadari Syurga~*~

Foto: Beginilah Akhlak Suami-Istri Keluarga Muslim


Bagi seorang suami hal pertama yang wajib diketahui dalam mempergauli istri adalah mengedepankan sikap welas asih, cinta, dan kelembutan.
 
Dalam Al-Qur`an, Allah berfirman;
 
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً
 

“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa` : 19)
 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
 

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluargaku.”
 


Kedua, Sebagai seorang kepala keluarga, suami dianjurkan untuk memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan kasih sayang dan menjauhkan diri dari sikap kasar.
 
Adakalanya seorang suami menjadi tokoh terpandang di tengah masyarakat, ia mampu dan pandai sekali berlemah lembut dalam tutur kata, sopan dalam perbuatan tapi gagal memperlakukan keluarganya sendiri dengan sikapnya saat berbicara kepada masyarkat.
 
Ketiga, seorang suami sangat membutuhkan pasokan kesabaran agar ia tangguh dalam menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan. Suami tangguh adalah suami yang tidak mudah terpancing untuk lekas naik pitam saat melihat hal-hal yang kurang tepat demi cinta dan rasa sayangnya kepada istri.
 
Betapa sabarnya Rasulullah sebagai seorang suami dalam mengurusi para istrinya.
 Begitu sabarnya, sampai-sampai sebagai sahabat beliau mengatakan, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih pengasih kepada keluarganya melebihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.”(HR. Muslim).
 
Contoh seorang suami yang penyayang lainnya dapat kita simak dari kisah Sayidina Umar bin Khaththab Ra. Beliau  yang terkenal ketegasan dan sikap kerasnya dalam mengahadapi kemunkaran, pernah berkata saat didatangi oleh orang Badui yang akan mengadukan sikap cerewet istrinya. Di saat bersamaan, Umar pun baru saja mendapat omelan dari istri dengan suara yang cukup keras.
 
Umar memberi nasihat kepada si Badui, “Wahai saudaraku semuslim, aku berusaha menahan diri dari sikap (istriku) itu, karena dia memiliki hak-hak atas istriku. Aku berusaha untuk menahan diri meski sebenarnya aku bisa saya menyakitinya (bersikap keras) dan memarahinya. Akan tetapi, aku sadar bahwa tidak ada orang yang memuliakan mereka (kaum wanita), selain orang yang mulia dan tidak ada yang merendahkan mereka selain orang yang suka menyakiti. Aku sangat ingin menjadi orang yang mulia meski aku kalah (dari istriku), dan aku tidak ingin menjadi orang yang suka menyakiti meski aku termasuk orang yang menang.”
 

Umar meneruskan nasihatnya, “Wahai Saudaraku orang Arab, aku berusaha menahan diri, karena dia (istriku) memiliki hak-hak atas diriku. Dialah yang memasak makanan untukku, membuatkan roti untukku, membuatkan roti untukku, menyusui anak-anakku, dan mencucui baju-bajuku. Sebesar apapun kesabaranku terhadap sikapnya, maka sebanyak itulah pahala yang aku terima.”
 

Keempat, seorang suami hendaknya mampu mencandainya. Adanya canda dan tawa dalam kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan. Bayangkan apa yang terjadi jika pasangan suami-istri melalui hari-harinya tanpa canda. Lambat laun rumah tangganya menjadi bak areal pemakaman yang sepi, senyap, hampa.
 
Suami yang ingin menunaikan hak-hak istrinya akan berusaha mengundang canda, gurauan, yang mencairkan suasana dengan senyum dan tawa; berusaha untuk bermain perlombaan dengan istri seperti yang dilakukan Rasulullah kepada istrinya Aisyah Ra.
 
Dalam diri setiap manusia terdapat sifat kekanak-kanakan, khususunya pada diri seorang wanita. Istri membutuhkan sikap manja dari suaminya dan karenanya jangan ada yang menghalangi sikap manja seorang suami untuk istrinya.
 
Maurice J. Elias Ph. D dkk dalam bukunya Emotionally Intelligent Parenting: How to Rise a Self-Disiplined, Responsible, Socially Skilled Child, menyinggung fungsi humor dalam proses kimiawi dan psikologis tubuh kita. “Humor kecil sehari-hari seperti vitamin ampuh untuk membangun dan mempertahankan kemampuan Anda secara positif menanggapi tugas-tugas keayahbundaan dan tantangan hidup lainnya.”
 
Menyisipkan humor dalam hubungan dengan pasangan dan anak-anak, menurut Maurice, dimaksudkan untuk menjaga agar kita tetap dalam kerangka berpikir optimis. “Cobalah melakukan hal-hal yang bisa membawa Anda ke dalam suasana humor setiap hari, meskipun hanya sebentar. Kalau tidak bisa setiap hari, coba sesering yang bisa Anda lakukan,” pesannya dalam buku yang telah dialih bahasakan berjudulCara-cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ.
 

Akhlak Seorang Istri
 
Adapun kewajiban bagi pihak istri adalah tidak akan membebani suaminya dengan hal-hal yang tidak sanggup ia kerjakan dan tidak menuntut sesuatu yang lebih dari kebutuhan. Sikap ini dapat menjadi bantuan untuk suami dalam urusan finansial.
 
Alangkah mulianya seorang wanita yang berjiwa qana`ah, cermat dalam membelanjakan harta demi mencukupi suami dan anak-anaknya. Dahulu kala, para wanita kaum salaf memberi wejangan kepada suami atau ayahnya, “Berhatilah-hatilah engkau dari memperoleh harta yang tidak halal. Kami akan sanggup menahan rasa lapar namun kami tak akan pernah sanggup merasakan siksa api neraka.” Inilah akhlak pertama bagi pihak istri.
 
Kedua, istri shalihah adalah istri yang berbakti kepada suaminya, mendahulukan hak suami sebelum hak dirinya dan kerabat-kerabatnya. Termasuk dalam masalah taat kepada suami adalah berlaku baik pada ibu mertua.
 
Ketiga, istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka dengan pendidikan yang baik, memperdengarkan kata-kata yang baik, mendoakan mereka dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan implementasi bakti istri kepada suaminya.
 
Keempat, karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah tangga dan mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati dalam pelbagai forum. Hal yang sering terjadi pada diri seorang wanita yaitu menceritakan keadaan buruk yang pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan dengan menceritakan masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun yang terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi orang banyak, nama baik suami dan keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung ditemukan.
 
Bentuk adab  kelima, tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari suami. Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan bersabda, “Hendaknya seorang wanita (istri) tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin suami. Jika ia tetap melakukannya (keluar tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya melaknati sampai ia bertaubat atau kembali pulang ke rumah.” (HR. Abu Dawud, Baihaqi, dan Ibnu `Asakir dari Abdullah bin Umar).
 
Demikian halnya dalam masalah ibadah non-wajib seperti puasa sunnah, hendaknya seorang istri tidak melakukannya kecuali setelah suami memberi izin.
 
Betapa indah kehidupan pasangan suami-istri yang menjadikan rumah tangga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam sebagai titik singgung dalam menghidupkan hubungan harmonis. Tidak ada yang sempurna dari pribadi pria sebagai suami dan wanita sebagai istri. Kelebihan dan kekurangan pasti adanya. Suami-istri yang sadar antara hak dan kewajibannya akan melahirkan generasi penerus kehidupan manusia yang saleh, pribadi bertakwa, dan menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utama.
 
Membina rumah tangga bahagia perlu keterampilan, kepandaian, dan kebijakan pengelolalnya. Masing-masing pasangan dituntut untuk pandai dan bijak mengelola rumah tangga keduanya, pandai dan bijak mengelola hubungan dengan buah hati mereka, pandai dan bijak mengatur waktu antara bekerja dan bercengkrama dengan pasangannya, pandai dan bijak mengelola keuangannya, bahkan pandai dan bijak mengelola cintanya.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Beginilah Akhlak Suami-Istri Keluarga Muslim Bagi seorang suami hal pertama yang wajib diketahui dalam mempergauli istri adalah mengedepankan sikap welas asih, cinta, dan kelembutan. 
Dalam Al-Qur`an, Allah berfirman;

 وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْراً كَثِيراً 
“Dan bergaullah dengan mereka (para istri) secara patut, kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa` : 19) 


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam bersabda, seperti diriwayatkan oleh Ibnu Majah, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik perlakuannya kepada keluargaku.” 

Kedua, Sebagai seorang kepala keluarga, suami dianjurkan untuk memperlakukan istri dan anak-anaknya dengan kasih sayang dan menjauhkan diri dari sikap kasar. Adakalanya seorang suami menjadi tokoh terpandang di tengah masyarakat, ia mampu dan pandai sekali berlemah lembut dalam tutur kata, sopan dalam perbuatan tapi gagal memperlakukan keluarganya sendiri dengan sikapnya saat berbicara kepada masyarkat. 

Ketiga, seorang suami sangat membutuhkan pasokan kesabaran agar ia tangguh dalam menghadapi keadaan yang tidak mengenakkan. Suami tangguh adalah suami yang tidak mudah terpancing untuk lekas naik pitam saat melihat hal-hal yang kurang tepat demi cinta dan rasa sayangnya kepada istri. Betapa sabarnya Rasulullah sebagai seorang suami dalam mengurusi para istrinya. Begitu sabarnya, sampai-sampai sebagai sahabat beliau mengatakan, “Tidak pernah aku melihat seseorang yang lebih pengasih kepada keluarganya melebihi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam.”(HR. Muslim).

Contoh seorang suami yang penyayang lainnya dapat kita simak dari kisah Sayidina Umar bin Khaththab Ra. Beliau yang terkenal ketegasan dan sikap kerasnya dalam mengahadapi kemunkaran, pernah berkata saat didatangi oleh orang Badui yang akan mengadukan sikap cerewet istrinya. 

Di saat bersamaan, Umar pun baru saja mendapat omelan dari istri dengan suara yang cukup keras. Umar memberi nasihat kepada si Badui, “Wahai saudaraku semuslim, aku berusaha menahan diri dari sikap (istriku) itu, karena dia memiliki hak-hak atas istriku. Aku berusaha untuk menahan diri meski sebenarnya aku bisa saya menyakitinya (bersikap keras) dan memarahinya. Akan tetapi, aku sadar bahwa tidak ada orang yang memuliakan mereka (kaum wanita), selain orang yang mulia dan tidak ada yang merendahkan mereka selain orang yang suka menyakiti. Aku sangat ingin menjadi orang yang mulia meski aku kalah (dari istriku), dan aku tidak ingin menjadi orang yang suka menyakiti meski aku termasuk orang yang menang.” Umar meneruskan nasihatnya, “Wahai Saudaraku orang Arab, aku berusaha menahan diri, karena dia (istriku) memiliki hak-hak atas diriku. Dialah yang memasak makanan untukku, membuatkan roti untukku, membuatkan roti untukku, menyusui anak-anakku, dan mencucui baju-bajuku. 

Sebesar apapun kesabaranku terhadap sikapnya, maka sebanyak itulah pahala yang aku terima.” Keempat, seorang suami hendaknya mampu mencandainya. Adanya canda dan tawa dalam kehidupan berumah tangga lazim selalu dilakukan. Bayangkan apa yang terjadi jika pasangan suami-istri melalui hari-harinya tanpa canda. Lambat laun rumah tangganya menjadi bak areal pemakaman yang sepi, senyap, hampa. Suami yang ingin menunaikan hak-hak istrinya akan berusaha mengundang canda, gurauan, yang mencairkan suasana dengan senyum dan tawa; berusaha untuk bermain perlombaan dengan istri seperti yang dilakukan Rasulullah kepada istrinya Aisyah Ra. Dalam diri setiap manusia terdapat sifat kekanak-kanakan, khususunya pada diri seorang wanita.

 Istri membutuhkan sikap manja dari suaminya dan karenanya jangan ada yang menghalangi sikap manja seorang suami untuk istrinya. Maurice J. Elias Ph. D dkk dalam bukunya Emotionally Intelligent Parenting: How to Rise a Self-Disiplined, Responsible, Socially Skilled Child, menyinggung fungsi humor dalam proses kimiawi dan psikologis tubuh kita. “Humor kecil sehari-hari seperti vitamin ampuh untuk membangun dan mempertahankan kemampuan Anda secara positif menanggapi tugas-tugas keayahbundaan dan tantangan hidup lainnya.” Menyisipkan humor dalam hubungan dengan pasangan dan anak-anak, menurut Maurice, dimaksudkan untuk menjaga agar kita tetap dalam kerangka berpikir optimis. “Cobalah melakukan hal-hal yang bisa membawa Anda ke dalam suasana humor setiap hari, meskipun hanya sebentar. Kalau tidak bisa setiap hari, coba sesering yang bisa Anda lakukan,” pesannya dalam buku yang telah dialih bahasakan berjudul

Cara-cara Efektif Mengasuh Anak dengan EQ. Akhlak Seorang Istri Adapun kewajiban bagi pihak istri adalah tidak akan membebani suaminya dengan hal-hal yang tidak sanggup ia kerjakan dan tidak menuntut sesuatu yang lebih dari kebutuhan. Sikap ini dapat menjadi bantuan untuk suami dalam urusan finansial. Alangkah mulianya seorang wanita yang berjiwa qana`ah, cermat dalam membelanjakan harta demi mencukupi suami dan anak-anaknya. Dahulu kala, para wanita kaum salaf memberi wejangan kepada suami atau ayahnya, “Berhatilah-hatilah engkau dari memperoleh harta yang tidak halal. Kami akan sanggup menahan rasa lapar namun kami tak akan pernah sanggup merasakan siksa api neraka.” Inilah akhlak pertama bagi pihak istri. 

Kedua, istri shalihah adalah istri yang berbakti kepada suaminya, mendahulukan hak suami sebelum hak dirinya dan kerabat-kerabatnya. Termasuk dalam masalah taat kepada suami adalah berlaku baik pada ibu mertua. Ketiga, istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka dengan pendidikan yang baik, memperdengarkan kata-kata yang baik, mendoakan mereka dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan implementasi bakti istri kepada suaminya. Keempat, karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah tangga dan mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati dalam pelbagai forum. 

Hal yang sering terjadi pada diri seorang wanita yaitu menceritakan keadaan buruk yang pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan dengan menceritakan masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun yang terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi orang banyak, nama baik suami dan keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung ditemukan. Bentuk adab kelima, tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari suami. Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan bersabda, “Hendaknya seorang wanita (istri) tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin suami. Jika ia tetap melakukannya (keluar tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya melaknati sampai ia bertaubat atau kembali pulang ke rumah.” (HR. Abu Dawud, Baihaqi, dan Ibnu `Asakir dari Abdullah bin Umar). 

Demikian halnya dalam masalah ibadah non-wajib seperti puasa sunnah, hendaknya seorang istri tidak melakukannya kecuali setelah suami memberi izin. Betapa indah kehidupan pasangan suami-istri yang menjadikan rumah tangga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam sebagai titik singgung dalam menghidupkan hubungan harmonis. Tidak ada yang sempurna dari pribadi pria sebagai suami dan wanita sebagai istri. Kelebihan dan kekurangan pasti adanya. Suami-istri yang sadar antara hak dan kewajibannya akan melahirkan generasi penerus kehidupan manusia yang saleh, pribadi bertakwa, dan menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utama. Membina rumah tangga bahagia perlu keterampilan, kepandaian, dan kebijakan pengelolalnya. Masing-masing pasangan dituntut untuk pandai dan bijak mengelola rumah tangga keduanya, pandai dan bijak mengelola hubungan dengan buah hati mereka, pandai dan bijak mengatur waktu antara bekerja dan bercengkrama dengan pasangannya, pandai dan bijak mengelola keuangannya, bahkan pandai dan bijak mengelola cintanya.

Allah Swt telah menciptakan Adam dalam bentuk yang sempurna. Ini merupakan penghormtan terbesar yang ditujukan kepada manusia. Tidak ada tujuan dari penciptaan tersebut, kecuali agar mereka taat kepada Allah Azza Wajalla yang telah menciptakan mereka, lalu Dia pun menyempernakan penci

ptaan-Nya itu.

Tidaklah perintah Allah Swt kepada para malaikat untuk sujud kepada Adam, selain perwujudan bukti nyata yang menunjukkan penghormatan Allah kepada manusia yang telah diciptakan-Nya dalam bentuk seperti itu.

Orang yang menyadari bagaimana Allah telah memuliakan manusia melalui Nabi Adam, yang semua malaikat sujud kepadanya padahal dia tercipta dari tanah, adalah orang yang menyadari akan kedudukan dan nilainya di dalam dunia ini.

Dalam hal ini seorang wanita juga telah diposisikan oleh Allah pada sebuah peran yang penting, karena ia telah diciptakan dari tulang rusuk pria dan hidup di bawah kepemimpinan pria. Oleh karena itu, wajib bagi seorang wanita untuk memuliakan suaminya dan wajib pula baginya untuk menghargai pria dengan cara menghargai suaminya. Ini merupakan tugas dan tanggungjawab besar yang dibebankan pada istri terhadap suaminya.

Sungguh sebuah kebodohan jika ada wanita yang telah menyadari bahwa Allah telah memuliakan suaminya dengan cara menyuruh para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam, tetapi dia malah melakukan hal-hal yang dapat menjatuhkan nilai kemuliaan suaminya itu. Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak berterimakasih (maksudnya tidak senang) kepada wanita yang tidak berterimakasih kepada suaminya”

Wahai wanita muslimah, Anda tidak menyadari bahwa Allah telah menambahkan kemuliaan pada pria, yaitu ketika para bidadari turun ke langit dunia untuk mengintip para suami mereka dari bilik awan dengan penuh kerinduan. Rasulullah Saw bersabda:

“Belum lagi bumi kering dari darah syahid, namun kedua istrinya dari kaum bidadari sudah menaunginya seperti dua induk unta yang menaungi anak mereka dari terik sinar matahari” (HR. Ahmad dalam Kitab Musnad).

Dalam hadist ini Rasulullah Saw ingin memberitahukan kepada wanita muslimah bahwa dia mempunyai saingan yang tangguh dari balik awan. Maka ia menyatakan perang terhadap orang yang memusuhinya. Dalam sebuah hadist Qudsi Allah berfirman:

“Barang siapa yang memusuhi (menyakiti) kekasih-Ku, maka Aku menyatakan perang dengannya”

Allah menugaskan para bidadari syurga untuk menjunjung kemuliaan suami-suami mereka ketika para istri menyakiti para suami mereka, sekalipun sedikit.

Rasulullah Saw bersabda:

“Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan istri suami tersebut yang berasal dari kaum bidadari akan berkata:`Jangan sakiti dia! Semoga Allah mencelakakanmu, sebab dia berada bersamamu hanya seperti orang asing yang akan meninggalakanmu untuk menemui kami”(HR. Tirmidzi dan Ahmad)

Allah yang menjadikan pria sebagai raja di dalam rumah yang harus dimuliakan, tidak menyukai istri yang tidak taat dan tidak bersikap rendah diri kepada suaminya. Rasulullah Saw bersabda:

“Apabila seorang suami mengajak istrinya ke pembaringan, namun istri tersebut tidak mau menurut, lalu suaminya melewati malam dengan perasaan marah, niscaya malaikat melaknat istri tersebut hingga pagi” (HR. Bukhari dan muslim)

Sungguh mulia dan terhormat suami yang mukmin disisi Allah Swt. Wanita muslimah juga wajib memperhatikan bagaimana sikapnya terhadap suami. Rasulullah pernah bersabda :

“ Perhatikanlah bagaimana sikapmu terhadapnya, sebab dia bisa menjadi (jalan menuju) syurgamu dan nerakamu” (HR. Ahmad dan Hakim)

Betapa kaum wanita muslimah berada dalam bahaya besar bila dia bersikap terhadap suaminya dengan sikap yang bisa menjerumuskannya ke dalam api neraka. Betapa kaum wanita muslimah berada dalam keadaan celaka bila dia bersikap jahat kepada suaminya. Betapa wanita muslimah berada dalam kerugian bila dia menghinakan dan lalai terhadap suaminya.

Tidaklah pantas bila kemudian bidadari syurga merebutnya dari wanita dunia. Tidaklah pantas bila kemudian bidadari syurga berucap:”Semoga Allah mencelakakanmu! jangan sakiti dia! Dia berada bersamamu hanya seperti orang asing yang akan meninggalkanmu untuk menemui kami”.

Mudah-mudahan kita termasuk muslimah yang senantisa memuliakan para suami kita, karena dialah yang menjadi sebab jalan menuju neraka atau syurga kita kelak. Wallahu A`lam Bish shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan Tinggalkan Pesan anda sebelum meninggalkan Blog ini. Terima Kasih atas Kunjungannya.